Dikisahkan seorang remaja laki-laki yang baru datang ke sebuah kota besar untuk kuliah. Dia tidak memiliki uang yang cukup banyak, jadi dia hanya mampu menyewa sebuah apartemen tua dengan bangunan yang jelek di kawasan yang agak kumuh. Ketika dia masuk ke apartemen itu, dia mendapati keadaan di dalamnya sangat buruk. Lantainya berdebu dan bernoda, wallpapernya pun sudah banyak yang mengelupas dari dinding.
Setelah menyusun baju-baju ke lemari, dia memutuskan untuk merapikan kamarnya agar terlihat lebih bersih sedikit. Ketika dia merobek semua wallpaper, dia melihat sebuah lubang kecil di dinding. Lalu dia mencoba mengintip lewat lubang itu, dari sana dia dapat melihat apartemen tetangganya dengan sempurna. Tidak ada siapa-siapa di apartemen sebelah saat itu. Merasa perbuatannya agak tidak senonoh, dia segera menyumbat lubang itu dengan tissu, dan mulai melanjutkan membersihkan debu-debu di apartemennya.
Hari berikutnya, ketika dia pulang dari kampus dan menggunakan elevator, dia melihat seorang gadis cantik masuk ke elevator juga setelahnya. Remaja itu sangat terpesona melihat kecantikan gadis itu, sehingga dia tak bisa berhenti menatapnya.
Elevator berhenti di lantainya dan remaja itu segera keluar. Dia terkejut ketika menyadari bahwa gadis cantik itu mengikutinya keluar dari elevator. Remaja itu pun terus berjalan menyelusuri koridor menuju apartemennya. Diam-diam, remaja itu melirik gadis dibelakangnya melalui bahunya. Dia melihat gadis itu membuka pintu apartemen di sebelahnya. Remaja itu baru menyadari bahwa ternyata gadis itu tinggal di apartemen sebelahnya.
Ketika sampai di apartemen nya, remaja laki-laki itu tidak dapat berhenti memikir gadis cantik yang ditemuinya tadi. Karna tidak dapat menahan nafsunya, dia memutuskan untuk mengintip gadis itu melalui lubang yang dia temukan kemarin.
Ketika dia mengintip lewat lubang tersebut, dia dapat melihat seisi rumah dengan sempurna. Dia merasa sangat gugup ketika melihat gadis cantik itu melepaskan pakaiannya, bersiap untuk mandi. Si gadis sepertinya sama sekali tidak menyadari tentang adanya lubang yang ada diantara dindingnya dengan dinding apartemen tetangganya, jadi remaja tadi berusaha tetap diam ketika melihat gadis cantik yang kini telanjang di hadapannya. Remaja itu kemudian merasa sangat kecewa ketika melihat gadis itu mematikan lampu dan pergi tidur setelah mandi. Lalu, remaja itupun juga memutuskan untuk pergi tidur.
Saat tengah malam, laki-laki itu mendengar suara menyerupai erangan yang berasal dari apartemen sebelahnya, apartemen si gadis cantik. Dia bingung, apa yang sedang dilakukan gadis itu di tengah malam seperti ini. Karena penasaran, dia memutuskan untuk mengintip melalui lubang di dindingnya. Dia merapatkan wajahnya ke tembok dan mulai melihat ke kamar gadis itu. Ruangan yang semula gelap, kini telah menjadi terang kaerna lampunya sudah dinyalakan. Tetapi, matanya menangkap pemandangan yang mengerikan.
Ada seorang pria dengan perawakan tinggi berdiri di dekat si gadis cantik. Pria itu memegang pisau yang panjang di tangannya dan siap menikam gadis itu. Beberapa detik kemudian, pria itu menusukkan pisau ke tubuh si gadis berulang-ulang. Si gadis mengerang kesakitan, kakinya menghentak-hentak dan tubuhnya menggeliat-geliat sebelum akhirnya diam tergeletak di genangan darahnya.
Remaja itu sangat shock dengan apa yang dilihatnya. Dia tak bisa berbuat apa-apa, karena tubuhnya terasa lemas sekarang. Dia jatuh berlulut ke lantai, badannya gemetaran dan perutnya terasa mual. Suasana menjadi sangat sunyi sekarang. “Apakah si gadis telah mati?”, Pikirnya. Dia berpikir sejenak, lalu dengan susah payah, remaja itu berdiri untuk memastikan keadaan gadis itu sekali lagi. Benar saja, gadis itu sekarang sudah tak bergerak sama sekali.
Pembunuh kemudian mengambil beberapa barang berharga milik si gadis dan segera keluar dari apartemennya. Tapi, sebelum pembunuh itu membuka pintu apartemen dan keluar, dia menoleh kearah lubang tempat remaja laki-laki yang sedang mengintip. Spontan remaja itu tersentak mundur dan bergidik ngeri. Tapi dia sudah cukup jelas melihat wajah si pembunuh. Pria pembunuh itu mempunyai hidung yang mancung, mempunyai jambang, dan mempunyai bekas luka di pipinya. Pria itu akan mudah untuk dikenali.
Remaja itu segera berlari ke tempat tidur dan segera mengambil ponselnya. Dia sudah akan menelpon polisi saat itu, tapi tiba-tiba suatu pikiran menghentikan langkahnya.
Jika dia melaporkan kejadian ini ke polisi, mereka akan mengetahui bahwa dia telah mengintip gadis itu dari lubang di dindingnya. Lalu, mungkin teman-temannya akan mengetahui hal ini, juga para tetangga di apartemen nya. Hal itu akan mempermalukan dirinya sendiri, batinnya.
Lalu perlahan dia meletakan ponselnya di meja samping tempat tidurnya, dia memutuskan untuk tidak menelpon polisi.
Hari berikutnya, ketika remaja laki-laki itu pulang dari kampusnya, beberapa polisi telah menunggunya di depan pintu. Mereka memberitahu si remaja bahwa tetangga sebelahnya telah tewas terbunuh semalam dan polisi butuh menanyakan beberapa pertanyaan untuk remaja itu. Pertama, si remaja tidak mempersilahkan polisi untuk masuk ke apartemennya, mereka hanya berbincang-bincang di luar. Tapi pada akhirnya, polisi-polisi itu menawarkan diri untuk masuk ke apartemen nya. Karena tak mungkin menolak, akhirnya remaja itu mempersilahkan polisi masuk ke dalam apartemennya.
Mereka duduk dan berbincang-bincang di ruang makan, polisi pun memulai interogasi dengan menanyakan apakah dia pernah melihat atau mendengar sesuatu yang tidak biasa tadi malam. Remaja itu mendadak berkeringat dingin mendengar pertanyaan polisi. Tapi dia berkilah kalau malam tadi dia tidur lebih awal dan mungkin karena tidurnya terlalu nyenyak, jadi dia tak mendengar apa-apa. Polisi punmengajukan beberapa pertanyaan lainnya, tapi laki-laki itu tetap pada alibinya. Dia menegaskan polisi itu bahwa dia tidak tahu apa-apa tentang pembunuhan tersebut.
Kemudian, salah satu polisi itu menyadari adanya lubang di dinding. Lalu, dia beranjak dari
duduknya dan mulai mengintip melalui lubang itu.
“Apakah kau yakin tak melihat atau mendengar apapun semalam?” Tanyanya seperti menyelidik.
“Aku baru saja pindah ke apartemen ini dua hari yang lalu”, Kilah remaja itu. “Aku bahkan tidak menyadari kalau ada lubang di salah satu dinding apartemenku. Aku bersumpah, aku tidak mendengar atau mengetahui sesuatu. Kalau aku melihat sesuatu, aku pasti memberitahu kalian.”
Petugas akhirnya menyerah menanyai remaja itu, lalu mereka berpamitan pulang dan mengucapkan terimakasih pada remaja itu. Petuga tampaknya percaya pada semua keterangan si remaja. Tapi, remaja itu tidak akan pernah melupakan apa yang sudah dia lihat malam itu.
Satu minggu berlalu, remaja itu akhirnya dapat sedikit melupakan tentang pembunuhan si gadis cantik. Dia telah menutup lubang itu dengan menyumpalnya dengan kertas. Dia tidak ingin lagi mengingat-ingat pembunuhan itu.
Suatu hari, dia membaca berita di koran mengenai pembunuhan gadis di sebelah apartemennya. Berita itu mengatakan bahwa polisi masih menyelidiki kasus itu. Dan pembunuhnya masih buron.
Malamnya, remaja laki-laki itu mendengar suara seperti erangan yang berasal dari kamar gadis yang telah dibunuh. Dia tertegun sejenak dan merasa heran dengan suara itu, karena partemen si gadis telah kosong semenjak pembunuhan terjadi. Garis polisi pun masih melintang di pintunya.
Remaja itu mencoba meyakinkan dirinya sendiri kalau dia sedang salah dengar, tapi kemudian dia menjadi sangat yakin sekali kalau dia mendengar suara dari apartemen sebelah. Tiba-tiba dia merasa takut mengingat gadis cantik yang mati terbunuh itu. Tapi rasa penasarannya mengalahkan rasa takutnya malam itu. Akhirnya, dia memutuskan untuk mengintip melalui lubang di dindingnya.
Dengan tangan yang bergetar, dia mengambil kertas yang dia sumpalkan ke lubang dan mulai mengintip ke apartemen di sebelahnya.
Pertama, dia tidak melihat apapun. Dia mengedip-ngedip kan matanya agar dapat beradaptasi dengan kegelapan ruangan itu, tapi dia masih tidak melihat apapun. Dia bahkan tak mendengar erangan atau suara seperti yang didengarnya tadi. Yang ada hanyalah kesunyian yang mencekam.
Kemudian, ketika dia hendak bergerak menjauhi lubang itu, dia melihat sesuatu. Sebuah mata yang berwarna merah menyala terbelalak menatapnya di balik tembok.
Laki-laki itu mundur dengan ketakutan yang amat sangat. Sebuah mata yang tak berkedip terus menatapnya dengan tatapan yang mengerikan. Dia hanya diam terpaku, beku dalam ketakutan.
Kemudian, sebuah suara parau memecah kesunyian. Suara dari seorang gadis yang terdengar seperti berbisik, “Aku tahu kau melihatku!!”