Speed Dating



Di usia 30 tahun, aku masih melajang. Ibuku selalu bertanya kapan aku akan mendapat seorang gadis yang baik untuk dinikahi. Dan aku juga selalu meyakinkan ibu bahwa itu hanyalah masalah waktu, walaupun aku tahu bahwa aku berbohong hanya untuk menenangkannya. Aku sudah lama tidak pergi bersenang-senang keluar rumah, karena semua temanku sudah menikah, bahkan sebagian dari mereka telah memiliki anak. Pada saat ini, aku mulai merasa kesepian.

Jadi, itulah alasan mengapa pada akhirnya aku memutuskan untuk mencoba Speed Dating. Speed Dating adalah semacam event pencarian jodoh secara instan.

Event itu diadakan di suatu bar yang populer di pusat kota. Aku memakai pakaian terbaikku, menyemprotkan parfum ke tubuhku, lalu meninggalkan rumah menuju bar. Ketika sampai di bar, aku melangkah masuk dan mencoba untuk percaya diri. Aku agak kaget ketika melihat berapa jumlah orang yang hadir disana. Aku menghitung ada 21 laki-laki dan 21 perempuan.

Host event itu menjelaskan peraturan dari speed dating. Semua perempuan duduk di meja yang terpisah satu sama lain, sementara semua laki-laki diperbolehkan mendatangi meja-meja mereka untuk berbicara pada para perempuan secara tertib dan berurutan, para pria mempunyai waktu 3 menit untuk berbicara pada tiap-tiap perempuan. Ketika bel terdengar, itu tandanya waktu untuk satu wanita telah habis dan siap berpindah pada wanita selanjutnya. Begitu seterusnya.

Perempuan pertama yang aku datangi berumur 21 tahun, dia terlalu muda untukku. Perempuan kedua berumur 40 sekian, terlalu tua untukku. Yang ketiga sangat jelek, yang keempat berbau badan tidak sedap. Yang kelima adalah perempuan yang terlihat baik, sampai dia menyebutkan bahwa dia telah bercerai dan mempunyai 5 anak. Yang keenam mempunyai catatan pernah ketergantungan obat-obatan terlarang dan yang ketujuh mempunyai bentuk kepala yang aneh. Aku mulai lelah dan hampir menyerah untuk menemukan pasangan yang tepat dan cocok untukku.

Perempuan yang kedelapan adalah seseorang yang gendut, dia selalu berkeringat dan keringat itu mengucur wajahnya. Gigi palsu perempuan kesembilan jatuh ketika kami mulai berbincang-bincang. 
Yang kesepuluh terlalu kurus. Yang kesebelas tidak bisa berbahasa inggris. Yang kedua belas mempunyai hidung yang lebar dan membuatnya terlihat seperti babi. Yang ketiga belas terus-menerus kentut ketika kami mengobrol. Yang keempat belas hanya menatapku tanpa berbicara sepatah kata pun, dan ketika dia berdiri, ternyata dia hanya mempunyai satu kaki dan di bantu tongkat penyangga.

Yang kelima belas mempunyai bercak-bercak yang mengerikan diseluruh tubuhnya. Aku membuat wanita keenam belas tertawa terbahak-bahak dan mulai mengacak-ngacak melempar apa yang ada di meja. Yang ketujuh belas terlihat baik-baik saja, kecuali ketika dia mengupil lalu memakannya. Kedelapan belas terlihat atraktif, tapi dia mempunyai bentuk tangan yang cacat. Yang kesembilan belas berkursi roda. Ketika aku beranjak ke wanita kedua puluh, dia kelihatannya terlalu banyak minum dan meringkuk di kursinya, tertidur dan mendengkur keras.

Dengan putus asa dan malas, aku duduk di hadapan perempuan terakhir. Dia adalah wanita tercantik yang pernah kulihat. Dia mempunyai rambut panjang yang hitam terawat, berkulit putih, bermata hijau dan senyum yang memikat. Dia memakai dress hitam, sepatu hitam, dan semuanya serba hitam. Tetapi, dia mempunyai kepribadian yang menyenangkan. Apapun yang aku katakan, membuatnya tertawa cekikikan.

Namanya Karen, usianya 28 tahun. Dia lulusan perawat tapi sekarang dia menganggur. Dia telah menikah dan mempunyai dua orang anak. Tapi, setelah kedua anaknya meninggal akibat kanker, suaminya jadi mengabaikannya. Aku langsung merasa kasihan pada Karen dan memuji ketabahannya atas semua tragedi yang menimpa hidupnya.

Di penghujung malam, kami masih mengobrol dan kami merasa sangat cocok satu sama lain.
Ketika waktunya untuk pulang ke rumah, aku meminta nomor teleponnya dan kami berencana untuk pergi kencan malam berikutnya. Aku akhirnya bisa berkencan dengan perempuan cantik.
Semuanya berlangsung baik-baik saja dan kami mulai pergi berkencan secara teratur. Sepertinya kami memang berjodoh.

Setelah 8 bulan kedekatan kami, aku akhirnya memutuskan untuk menikahinya. Tentu saja, dia menjawab “Ya.”

Setelah menikah, aku pindah dari apartemen kecilku ke rumah kecil Karen dan memulai hidup baru. Aku mempunyai banyak kotak yang berisi buku-buku tua dan meminta izinnya untuk meletakkan semua buku milikku di basementnya.

“Santai saja,” katanya sambil tertawa. “Aku akan membawakan buku-buku itu ke bawah ketika kau pergi bekerja besok.”

Beberapa bulan telah berlalu dan rumah tangga kami baik-baik saja. Aku rasa, aku telah menemukan cinta sejatiku. Sayangnya, suatu hal terjadi dan merusak hari-hari bahagia kami dan merubah hidupku selamanya.

Suatu hari di hari minggu, aku sedang duduk di depan tv, membaca koran. Karen memberitahuku kalau dia akan pergi ke toko membeli bahan makanan untuk makan malam.

Dia mencium pipiku dan ketika dia baru saja menutup pintu depan, aku memberitahunya bahwa aku akan mengambil sebuah buku di basement.

“Oh, pintunya terkunci,” katanya. “Tunggu sampai aku kembali. Aku akan mengambilkannya untukmu.”

Setelah dia pergi, aku menjadi penasaran. Selama aku tinggal bersamanya, dia tak pernah mengizinkanku pergi ke basement. Dia selalu mencari alasan atau lainnya. Jadi, aku memutuskan untuk memeriksanya ketika dia sedang tidak ada di rumah, dan inilah saatnya.

Pintu basement memang terkunci, tapi setelah menggeledah beberapa tempat, akhirnya aku menemukan kunci yang disembunyikan di belakang laci dapur.

Ketika aku membuka pintu basement, aku mencium bau yang sangat menyengat, seperti bau bangkai. Keadaan basement terlihat seperti sudah tidak digunakan selama bertahun-tahun. Semua barang-barang terselimuti debu yang tebal. Dinding-dinding betonnya sudah hampir hancur dan tangga kayunya lembab dan mulai rapuh. Ketika aku sampai di bawah, bau tak sedap itu semakin menyengat.

Di sudut ruangan, aku melihat sebuah kotak yang isinya video recorder tua dan beberapa kaset video di dalamnya. Rasa penasaran kembali menyelimutiku. Lalu, aku mengambil kotak itu dan membawanya ke atas. Setelah mencolokkan kabel dan menghidupkannya, aku memasukkan kaset video pertama dan menekan 'Play'.

Aku seharusnya tidak melakukan itu!!

Rekaman video nya sangat buruk dan tersendat-sendat. Dalam kegelapan, aku hampir tidak dapat melihat seorang laki-laki yang diikat dikursi. sosok lain berdiri di dekatnya bertopeng hitam dan tubuhnya terbalut dalam pakaian berbahan kulit yang mengkilap. Aku seketika merinding ketika menyadari kalau seseorang berpakaian serba hitam itu membawa sebuah kapak besar. Tiba-tiba, sosok itu mengangkat kapaknya tinggi-tinggi dan memotong tangan pria yang terikat dikursi, darah menyembur dimana-mana. Pria itu menjerit kesakitan, sosok kejam itu kini mengayunkan kapaknya membabi buta. Aku menyaksikannya dalam horor. Setiap serangan kapak dari sang penyerang, memotong-motong bagian tubuh pria itu sehingga tangan dan kakinya berhamburan di sekitarnya. Pria itu menggeliat-geliat kesakitan dan tubuhnya berlumuran darah.

Setelah melakukan pembantaian, pembunuh itu tertawa cekikikan seperti anak kecil.

Dengan tangan gemetar, aku mematikan video itu. Sesaat kemudian, aku mendengar suara di belakangku.

“Jadi kau telah berani pergi ketempat rahasia kecilku?,” tanyanya terdengar mengancam.

Aku menoleh perlahan. Istriku berdiri di depan pintu, tubuhnya terbalut dalam pakaian bebahan kulit yang berwarna hitam mengkilap. Di tangannya, ada sebuah kapak besar.

Dia mulai tertawa cekikikan.

Aku tidak ingat apa yang terjadi setelah itu. Mungkin tetangga sebelah mendangar teriakanku dan mereka menelpon polisi. 4 polisi segera datang dan mendobrak pintu depan. Mereka berhasil menundukkan istriku sebelum dia berhasil membunuhku. Kemudian mereka membawaku ke rumah sakit.

Tentu saja, percobaan pembunuhan itu disidangkan setelahnya. Istriku dinyatakan bersalah dan pengadilan menjatuhinya hukuman mati. Aku hadir saat dia di eksekusi. Sesaat sebelum mereka menempatkan istriku di kursi listrik, mereka bertanya padanya apakah dia punya kata-kata terakhir.

“Itu semua kesalahannya!!” Teriaknya. “Seharusnya dia tidak pernah menikahiku!!”

Kemudian, dia kembali cekikikan seperti anak kecil ketika pengeksekutor mulai mengaliri tubuhnya dengan listrik. Lima menit kemudian, dia dinyatakan tewas.

Beberapa tahun kemudian, aku masih sering bermimpi buruk tentangnya. Aku telah menjalani beberapa terapi dan dokter mengatakan bahwa mungkin hanya waktu yang akan menyembuhkan trauma mengerikan yang kualami.

Ketika aku di rumah sakit, aku bertemu dengan wanita yang mengagumkan. Dia adalah perawatku.
Minggu dan bulan berlalu, akhirnya kami saling jatuh cinta. Dia bukan wanita tercantik yang pernah ku temui dan dia tidak mempunyai tubuh yang sempurna. Dia kehilangan satu matanya dan 3 jari di tangan kirinya karna sebuah kecelakaan mobil. Disamping semua itu, dia adalah orang yang sangat perhatian, penuh kasih sayang, dan berhati emas.

Akhir musim panas, kami menikah dan hidup bersama. Ketika aku membaca koran, dia membuka dan membalikkan halamannya untukku. Ketika aku merasa gatal, dia yang menggaruknya untukku. Dia mengembalikan kepercayaanku kembali pada seorang wanita. Tapi, ketika aku berbaring di tempat tidurku saat larut malam, kadang-kadang, aku masih merindukan tangan dan kakiku.