Di sebuah desa yang kutinggali,
hiduplah seorang anak tukang daging yang sangat kucintai,
ia merayu, mencuri keping hatiku,
kini ia bersamaku, menemani hariku.
ada sebuah gang kecil di pinggir kota,
aku melihatnya dan ia duduk disana,
gadis lain duduk di pangkuan,
bercinta layaknya di peraduan,
dan sekarang aku tahu,
ia lebih cantik dariku,
namun paras ayu memudar cepat,
ia kan jadi sepertiku suatu saat,
seekor burung hinggap di pohon sana,
mereka bilang ia buta dan tak dapat merasa,
kuharap aku mengalami hal serupa,
agar cinta ini tak terlampau merobek jiwa,
aku berharap, aku berharap, aku berharap dalam kepedihan.
andai aku kembali menjadi seorang gadis,
namun semua tak mungkin terjadi,
sampai mawar tumbuh di pohon bangkai.
dalam bulir embun September pagi,
kuberdoa bayiku akan terlahir,
tertawa dalam dekapan ayahnya,
saat rerumputan terus menjalar ditempatnya,
aku pergi kekamar untuk tidur,
tak sepatah katapun meluncur,
Ibu bertanya khawatir;
“Oh Anakku Sayang, apa yang begitu meresahkan dirimu ?”
oh Ibuku Sayang, bagaimana kau akan tahu,
sakit dan perih memenuhi relung hatiku,
betapa bodohnya diriku,
menyerahkan segalanya kepada si pria bermata biru,
airmata jatuh di setiap kata,
panggilanku untuk orang yang kucinta,
lugu dan polosku,
untuk anak si tukang daging.
Ayah datang terlambat malam itu,
ia masuk kedalam dan menyalakan lampu,
pintu digedor dan ia mendobrak masuk,
hanya untuk mendapati tubuhku yang membusuk,
“Ya Tuhanku, apa yang telah kau lakukan ?
menghantarkan nyawa hanya untuk si anak tukang daging”
ia meraih pisau dan diriku diturunkan,
diatas dadaku selembar catatan ditemukan,
'Oh, galilah makam untukku, gali yang dalam,
tanamkan lili putih dibawah kakiku,
juga seekor merpati di atas kepala,
agar dunia tahu,
aku mati untuk cinta'
Baca Juga :
Facebook Friends
Ghost Track