Bintang Internet



Seorang perempuan berusia 19 tahun mengikuti kuliah di Jepang. Di tahun ke 2 pembelajarannya, dia memutuskan bahwa dia ingin memperbaik kemampuan bahasa Inggrisnya, jadi dia pindah ke sebuah Universitas di Amerika Serikat. Dia memang selalu ingin tinggal di Amerika, tetapi dia tidak mengantisipasi bagaimana sulitnya perubahan yang akan dia alami.

Mata kuliah yang dia pelajari mengharuskannya untuk mengajukan banyak laporan. Saat dia mengikuti kuliah di Jepang, dia mengajukan semua laporan dalam bahasa Jepang. Namun, di Universitas Amerika, semua laporan harus dalam bahasa inggris. Itu menimbulkan masalah besar untuknya karena kemampuan bahasa inggrisnya belum terlalu bagus. Dia harus menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengecek pengejaan dan tatabahasa, saat mengetik laporannya.

Masalah lainnya adalah dia tidak memiliki laptop. Untungnya, perpustakaan kampusnya dilengkapi lab komputer dengan kurang lebih 50 komputer yang buka 24 jam sehari. Sayangnya, selalu ada antrian panjang dari orang orang yang ingin menggunakan komputer komputer itu. Setiap pagi, dia harus mengikuti kuliah, dan setiap malam, dia harus mengantri untuk menggunakan komputer. Beberapa waktu kemudian perempuan itu menjadi muak dengan kegiatan itu setiap harinya.

Suatu malam, setelah perempuan Jepang itu duduk disana, membungkuk di depan computer selama berjam jam, dia belum beristirahat. Jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi dan dia merasa sangat lelah. Menjadi lebih sulit untuknya untuk tetap membuka mata. Bersandar ke kursi, dia menguap dan meregangkan tangannya. Jari jarinya pun mulai menggeser keyboard computer.

Dia segera memulai untuk mengetik kembali saat dia melirik ke bawah dan melihat bahwa ada goresan di meja di bawah keyboard. Kelihatannya seperti sebuah URL internet. Dia pikir itu aneh bahwa seseorang mempunyai waktu untuk mengukir alamat Website di kayu dan, karena campuran keingintahuannya dan kebosanannya, dia memutuskan untuk menelusurinya.

Setelah mengetik alamat website di browser, dia menunggu beberapa detik dan sebuah halaman muncul di layar. Apa yang dia lihat membuat dia takut.

Disana ada sebuah foto seorang pria yang berlumuran darah, terbaring di lantai di ruangan yang remang remang. Itu terlihat begitu nyata hingga memuakkannya dan membuatnya ingin muntah. Melihat lebih dekat, dia melihat tulisan di bawah gambar.

Tertulis : “Orang yang bodoh, berumur sekitar 30 tahun. Dibunuh olehku hari ini.”

Dia merasa merinding setelah melihat foto yang mengerikan itu.

Perempuan itu langsung mematikan computer dan, mengambil tasnya, dia bergegas keluar lab computer. Dia kembali ke kamar asramanya sendiri dan melewati malam hanya dengan membolak-balikkan badannya di kasur. Foto yang mengerikan yang telah dia lihat tidak pernah hilang dari pikirannya.

“Apakah itu nyata?” dia menanyakan dirinya sendiri. “Mungkin itu hanyalah hoax (cerita bohong). Orang orang menge-post Foto foto gila di internet setiap saat. Internet penuh dengan website website aneh dan mengganggu.”

Mencoba sebisanya, perempuan itu tidak bisa menggoyahkan rasa curiga bahwa dia telah menemukan website seorang pembunuh. Hal terburuknya, orang itu terlihat membanggakan tindak kriminalnya.

Pagi harinya, setelah sarapan, keingintahuannya bertambah. Dia melewatkan mata kuliah pertamanya dan langsung menuju ke lab komputer. Saat dia menemukan komputer yang kosong, dia duduk, mengetik di URL dan menahan nafas. Mungkin yang dilihatnya tadi malam hanyalah imajinasinya.

Saat halaman website tersebut muncul, dia melihat fotonya telah terganti. Bukan lagi mayat di ruangan remang remang, melainkan foto seorang wanita berambut pirang sedang berjalan di jalan yang ramai. Dia bernafas lega. Foto itu diambil dari kejauhan dan wanita itu terlihat tidak menyadari jika dia telah difoto.

Tulisan di bawah foto itu bertuliskan : “Wanita yang bodoh, berumuran sekitar 25 tahun.”

Malam itu, perempuan itu kembali ke kamar asramanya dan tidak berbicara dengan siapapun. Dia masih terkesima dan tidak bisa berhenti memikirkan tentang website aneh itu. Secepatnya setelah dia bangun di pagi harinya, dia berganti pakaian dan bergegas ke lab computer.

Hampir tidak ada orang disana. Dia duduk di computer yang kosong dan mengetik website URL. Dengan kengerian, fotonya telah terganti lagi. Foto itu sama di dalam ruang remang-remang, tetapi saat ini wanita berambut pirang yang tergeletak di lantai. Darah mengalir dari hidung dan mulutnya. Dan ada pisau besar tertancap di dadanya.

Di bawah foto bertuliskan : “Wanita yang bodoh, berumur sekitar 25 tahun. Dibunuh olehku hari ini.”
Perempuan Jepang itupun ketakutan dan segera menelpon polisi. Di telepon, sulit untuknya untuk menjelaskan situasi itu. Kemampuan bahasa inggrisnya tidak terlalu bagus, dan dia menghabiskan banyak waktu mengulang kata-kata dan mencoba untuk mencari kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang telah dia temukan. Akhirnya, dia bahkan tidak yakin bahwa polisi mengerti apa yang dia katakan. Tetapi, mereka menanyakan nama, alamat, nomor teleponnya, dan URL dari website tersebut.

Saat dia menutup telepon, dia gemetaran. Dia terlihat tidak bisa mengeluarkan foto foto mengerikan itu dari pikirannya. Dia harus melihat lagi. Malam harinya, dia kembali ke lab computer lagi dan, dengan campuran perasaan ingin tahu dan takut, dia memasukkan URL website tersebut.

Saat halaman website tersebut muncul, dia menyadari bahwa foto yang telah berada disana beberapa jam sebelumnya, sudah tidak ada. Malah, ada foto seorang perempuan, difoto dari belakang. Dia berrambut pendek, hitam, dan mengenakan kaos hijau yang sedang duduk di depan computer.

Dia menelan ludahnya dan berkeringat dingin. Dia mengenali rambutnya. Dia mengenali pakaiannya. Dia melihat foto dia sendiri.

Nama, alamat, dan nomor telponnya tertulis di bawah foto, disertai satu kalimat :

“Kamu adalah Internet Star-ku yang selanjutnya..”

Perempuan Jepang itu lari keluar lab komputer dan pergi langsung ke kamar asramanya. Dia mengemas barang barang miliknya dan, pagi harinya, dia langsung pergi dalam penerbangan kembali ke Jepang. Dia tidak pernah kembali ke Amerika Serikat lagi.