Suatu malam, seorang ayah dan anaknya terjebak di gunung bersalju. Mereka berencana untuk pulang ke rumah setelah bermalam di pondok sewaan, tapi dengan cuaca seperti ini kelihatannya hal tersebut bukanlah ide yang baik.
Ayah itu menelpon istrinya untuk memberitahu bahwa dirinya sedang terjebak di pondok, dan sepertinya harus menunggu hingga besok hari agar bisa pulang dengan selamat. Untuk menenangkan anaknya kalau mereka aman, akhirnya mereka menginap satu malam lagi di pondok.
Setelah makan malam, terdengar seseorang mengetuk pintu. Saat itu keadaan tidak lagi bersalju. Mengendarai mobil tidak terlalu berbahaya karena jalanan yang tidak membeku dengan temperatur seperti itu.
Sang ayah membukakan pintu dan melihat seorang pria berdiri di luar.
“terima kasih tuhan, masih ada orang disini, aku harap aku diperbolehkan untuk masuk kedalam.”
Pria itu lebih terlihat gugup daripada mengigil karena udara dingin. Pria itu melanjutkan “aku harus menunggu sampai istriku datang kemari, dan aku tidak ingin menunggu di dalam mobil. Aku melihat pondok ini di jalan, jadi kupikir aku bisa bergabung dengan anda untuk beberapa jam hingga istriku datang kemari.”
Ketika ayah mau menjawab untuk mengizinkan pria itu masuk, tiba-tiba anaknya menangis dengan keras. Untuk suatu alasan, anak itu benar - benar sangat ketakutan.
“ada apa?” Tanya sang ayah.
“ayah, kumohon jangan biarkan siapapun masuk. Kumohon!!” Anak itu berteriak.
Pria tadi kelihatan tersinggung, dan tidak mengucap sepatah katapun. Sementara ayah mencoba untuk menenangkan anaknya, pria tadi menyerah dan pergi lagi.
Sesaat setelah pria tadi pergi, anak itu berlari ke arah pintu dan mengunci pintu pondok.
Sang ayah terheran-heran melihat kelakuan anaknya. Namun ketika ditanya alasannya, anak itu hanya menangis ketakutan dan tidak memberitahukan alasan apapun.
Jadi, setelah mengunci pintu, ayah membakar beberapa batang kayu di perapian untuk menjaga pondok tetap hangat.
Sekitar tengah malam, pria itu kembali lagi. Kali ini, pria itu tidak mengetuk pintu, namun dia mencoba mencoba untuk membuka paksa pintu tersebut. Sang anak mendengar suara itu, tapi ayah berbisik kepada anaknya untuk tetap diam.
Setelah beberapa menit, pria itu beranjak ke jendela, dan mencoba untuk mencongkelnya. Ayah lega karena bagian dalam jendela ditutup dengan balok-balok kayu. Ketika pria itu mengetahui kalau tidak ada jalan lagi untuk masuk kedalam pondok, dia pergi lagi.
Sang ayah terjaga sepanjang malam, takut jika suatu saat pria itu datang lagi.
Keesokan paginya, salju sudah berhenti turun dan jalan-jalan sudah dibersihkan. Ayah menyalakan tv untuk memastikan kondisi jalanan dari warta berita. Dia terkaget-kaget melihat wajah yang familiar di berita tersebut.
“Jeffery Will ditangkap pagi ini atas pembunuhan terhadap istrinya, Kathy Will.”
Anaknya terbangun karena suara tv. Terlihat di tv pria yang semalam datang ke pondok itu. Disamping gambarnya terdapat foto istrinya yang dia bunuh.
“korban ditemukan di gunung, dipotong-potong menggunakan pisau.....”
Ayah langsung mematikan tv agar anaknya tidak ketakutan.
“nak, terima kasih karena tidak membiarkan laki-laki tadi malam untuk masuk ke dalam. Bagaimana kamu bisa tahu?”
Anak itu menatap ayahnya, dan menunjuk ke arah tv.
“tidak ayah. Yang aku maksud bukan laki-laki itu. Tetapi seorang wanita menyeramkan di belakangnya. Dia berdarah-darah, dan berdiri tepat di belakang laki-laki itu dengan sangat marah. Dia wanita yang sama seperti di tv itu kan?”