Aku Belum Merasa Mati



Di suatu pagi, di sebuah gubuk jauh di dalam rawa rawa Louisiana, sister Jones  terbangun dengan kaget. Dia menoleh ke suaminya yang tidur mendengkur di sebelahnya. Dia merasa agak cemas, karena baru bermimpi tentang pesta pernikahan yang indah, dan sejak kecil dia sudah di beritahu bahwa jika memimpikan sesuatu tentang pernikahan maka itu pertanda seseorang akan mati. Sister Jones  lalu berbaring dan berangan angan tentang siapakah yang akan pergi meninggalkan kehidupan di bumi ini menuju alam baka - dia ataukah suaminya, Cephus.

Begitulah, sekitar seminggu kemudian, dia mendapat jawabannya. Suaminya, yang sudah lama menderita penyakit paru, mengalami batuk parah hingga menemui ajalnya terlepas dari kehidupan menuju ke alam roh. 

Sekarang, janda Jones  sedih melihat kepergian suaminya, tapi dia sudah tahu hal ini akan terjadi, karena mimpinya telah memperingatkan.

Sister Jones  segera menutupi semua cermin di rumah sesaat setelah suaminya, chepus meninggal, 'semua orang di kota tahu jika kau tidak menutupi semua cermin, bayangan dari orang mati itu akan terus terpantul di sana. Dan walaupun sister Jones  sangat mencintai suaminya, dia tak mau arwah sang suami berkeliaran di dalam cermin cermin itu.

Hari berikutnya, sister Jones  memakamkan sang suami. Setelahnya, dia dan para pelayat kembali ke rumah lalu membicarakan tentang bagaimana mereka akan begitu merindukan si tua chepus, yang semasa hidupnya begitu keras kepala, namun tiba tiba pintu depan berayun terbuka. Angin dingin berhembus ke seluruh ruangan- dan melangkah memasuki pintu ialah si tua Cephus! Dia berjalan di hadapan semua pelayat dan berkata,

“kalian semua membicarakanku?”

Kemudian dia menarik kursi goyang favoritnya ke sebelah si janda dan para pelayat lalu duduk,

“ ada apa sih di sini? Kenapa kalian semua bertingkah seperti ada yang baru mati, siapa yang mati?”

Yeah, tak perlu di jelaskan lagi, sontak saja semua pelayat terlonjak dan melarikan diri dari rumah itu. Akan tetapi si janda, yang juga shock, masih tinggal dan berusaha mengatakan,

“se.. Sekarang Cephus, k.. Kau tahu kan kau itu sudah meninggal! Jadi mengapa kau malah duduk di sini di ruang keluarga dan bukan di ku...kuburanmu?”

“mati?” Kata Cephus. “bagaimana bisa kau berkata begitu? Aku tidak merasa sudah mati!”

Si janda sangat bingung sekarang, dan dengan gamblang dia memberitahu suaminya,

“k... Kau mungkin tak merasa mati, Cephus, ta...tapi„ kau terlihat sudah mati. Se...sebaiknya kau kembali ke kuburanmu dimana kau seharusnya berada!”

Bahkan walaupun, Cephus memang sudah mati, dia masih begitu keras kepala. Dia berkata, “tidak! Aku tak mau kembali ke kuburan lagi sampai aku benar benar merasa mati!” Kemudian dia mendekat ke bara api dan berusaha menghangatkan tangan dan kakinya yang dingin, sementara kehadirannya menebarkan hawa dingin ke seluruh ruangan. Dan dari matahari terbenam hingga matahari kembali terbit, hari demi hari, hanya itu yang dia lakukan - duduk di dekat perapian, bergoyang maju dan mundur.

Setelah beberapa minggu Cephus hanya duduk dan duduk, keadaannya mulai memburuk. Kulit Cephus berubah warna menjadi ke abu abuan, dan terlihat menjijikan. Setiap kali dia bergerak, sendi sendinya berderit dan bergemeretak. Dan semakin hari, dia semakin bergemeletuk dan bergemeretak.
Si janda Jones , yang tak pernah lagi kedatangan kerabat sejak suaminya kembali, mulai penasaran berapa lama may…at itu akan bertahan. Perusahaan asuransi tak mau membayar uang asuransi mereka karena Cephus menyatakan diri pada semua orang kalau dia tidak mati. Keadaan semakin parah, karena penjaga kuburan mengancam untuk mengembalikan peti matinya jika Cephus tak mau menempati!

Dan saat ini si janda Jones  begitu membutuhkan uang asuransi itu, dan lagi, dia semakin lelah akan suami matinya yang duduk di dalam rumah, berkeriat keriut terus menerus. Dia berusaha membujuk Cephus lagi dan lagi untuk kembali ke kuburan. Tapi tiap kali, dia selalu membantah, “dasar perempuan!, biarkan aku sendiri! Aku takkan kembali ke tanah kuburan hingga aku mati - dan aku merasa belum mati!”

Janda Jones  tahu dia harus melakukan sesuatu.

Begitulah, sudah sebulan penuh Cephus duduk di sana, hingga suatu malam, seorang pemain biola terbaik di kota mengumpulkan cukup nyali untuk datang mengunjungi rumah si janda Jones . Lagi pula, janda itu sudah tak punya teman lagi sejak kembalinya Cephus.

Pemain biola itu masuk dan duduk di samping Cephus yang diam di kursi goyang favoritnya depan perapian, berkeriat keriut dan masih berusaha menghangatkan tangan dan kaki dinginnya. Mereka bertukar pandang dan sedikit berbincang - sesedikit yang bisa dibicarakan oleh manusia hidup dan mayat hidup.

Tapi setelah beberapa menit, jelas terlihat bahwa kedua lelaki itu mulai merasa tak nyaman.

Kemudian, Cephus memecah keheningan,

“hanya duduk duduk seperti ini membosankan. Ayo kita bertiga melakukan sesuatu yang menyenangkan. Bagaimana kalau mainkan sedikit musik tuan pemain biola? Ayo menari untuk sedikit melemaskan persendian kita!”

Walau masih berusaha terbiasa akan kenyataan bahwa dia duduk bersama dan berbincang dengan mayat, si pemain biola itu kemudian mengeluarkan biolanya dan mulai bermain.

Ketika Cephus mendengar musik dimainkan, dia meloncat, bergoyang, dan mulai menari mengelilingi ruangan. “itu baru aku lebih suka!” Soraknya sambil melompat dan berjingkrak jingkrak, tulang tulang tua busuknya berkeretak dan bergemeletuk lebih keras dari sebelumnya. Untuk ukuran mayat, dia benar benar bisa menari!

Bahkan dia menari begitu cepat hingga lengannya putus dan jatuh ke lantai. Tak percaya akan apa yang dilihatnya, si pemain biola berhenti bermain dan berseru, “alamak!, lihat itu!”

Si janda Jones  yersenyum melihat pemandangan itu, sebuah ide muncul di pikirannya. “mainkan lebih cepat!” Dia memerintah.

Pemain biola bermain lebih cepat, dan Cephus menari lebih cepat. Dia menari begitu cepat hingga potongan potongan tulangnya terlempar kemana mana.

Sekarang si pemain biola begitu ketakutan dan tak tahu harus bagaimana, “ap...a...apa yang harus kulakukan sekarang?” Dia mengiba pada si janda.

Janda itu terus berkata, “lebih cepat! Lebih cepat! Terus mainkan lebih cepat!”

Si pemain biola terlalu takut untuk melakukan selain yang diperintahkan, dia pun bermain leb)ih cepat lagi. Cephus menari lebih cepat pula, dan si pemain bermain semakin cepat.

Cephus menari semakin cepat, tulang tulang berjatuhan setiap saat, hingga akhirnya Cephus terjatuh ke atas tumpukan tulang.

Disana terserak tulang belulang Cephus, masih sama seperti sebelumnya - hanya tersisa kerangka kepala botaknya! Yang masih bergoyang goyang sendiri. Menyeringai pada si pemain biola! Kepala itu memantul di sekeliling lantai, bergoyang dan menyeringai!

Si janda bersorak lagi, “mainkan lebih cepat! Lebih cepat!”

Si pemain biola sudah tak tahan. Dia berkata, “maafkan aku, sister Jones , tapi aku harus pergi untuk menghilangkan pegal. Aku akan segera kembali.”

Yeah, kuberitahu saja, pemain biola itu berlari keluar pintu secepat kilat dan semenjak itu dia tak lagi terlihat.

Setelah biola berhenti dimainkan, kepala gundul Cephus menyeringai pada istrinya dan berkata, “apa yang terjadi dengan musiknya? Aku ingin menari lagi!”

Janda itu menoleh pelan ke kepala itu dan berkata,

“musiknya sudah berakhir Cephus, begitupun denganmu. Kau sudah menari sampai jadi onggokan tulang belulang, dan ini saatnya kau kembali ke kuburan.”

Mata tua besar Cephus melihat ke sekeliling, dan dia baru sadar sudah tak lagi berbadan.

Jadi dia mendesah panjang dan berkata,

“baiklah, istriku. Aku rasa aku sudah mati sekarang. Ya sudah bawalah aku ke kuburan.”

Jadi si janda Jones  mengumpulkan semua tulang belulang itu dan membawa mereka kembali ke kuburan. Tapi dia melakukannya dengan sangat hati hati supaya tulang tulang itu tetap saling berselang seling supaya Cephus tidak bangkit lagi dan menari lagi. Setelah itu Cephus tak pernah bangun lagi dari kuburnya.

Dan, sedih untuk dikatakan, bahwa si janda Jones  yang malang tetap menjanda seumur hidupnya. Orang banyak mengira bahwa para lelaki tak mau mendekati si janda karena sering di hantui oleh kepala Cephus yang bergoyang.