Di Luar Pintu



Ada seorang anak perempuan berusia 13 tahun bernama Heather yang hanya tinggal dengan ayahnya. Ibunya telah meninggal 4 bulan yang lalu dan mereka pun pindah ke rumah baru. Heather merindukan rumah lamanya. Namun mau bagaimana lagi, dia telah kehilangan ibunya.

Dia sebenarnya tidak ingin pindah, tapi ayahnya menegaskan bahwa mereka harus memulai semua dari awal. Rumah lama mereka menyimpan banyak kenangan yang menyedihkan. Mereka telah tinggal di rumah baru itu selama 10 hari dan Heather belum memiliki teman.

Suatu malam, ayahnya keluar dari kamarnya dengan terburu-buru, berpakaian rapi, dengan setelan jas lengkap.

“Hey, Ayah. Kau mau pergi kemana?” Tanya Heather.

“Ayah ada pertemuan mendadak malam ini, sayang”, Jawabnya, sambil menyemprotkan cologne (semacam parfum). “Ayah harus segera berangkat. Ayah hampir terlambat”.

Heather menelan ludah, “Itu berarti, aku akan berada di rumah sendirian malam ini?”, Tanyanya.

Ayahnya mengangguk., “Hanya beberapa jam saja. Pertemuan ini sangat penting. Ayah tidak bisa melewatkannya. Kau akan baik-baik saja, oke?”

Heather biasanya tidak pernah takut berada sendirian di rumah. Tapi, dia belum merasa nyaman dengan rumah barunya itu. Akan tetapi, dia tidak ingin ayahnya kehilangan pekerjaan hanya karena ketakutan konyolnya.

“Jangan khawatirkan aku, ayah”, Dia menjawab dengan bersemangat. “Aku akan baik-baik saja”.

“Pintar”, pujinya. “Ayah pulang sekitar jam 10 atau 11 malam paling lambat. Walaupun ayah yakin kau sudah tahu dengan hal ini, Jangan kau membukakan pintu untuk orang asing selama ayah pergi. Lihatlah melalui lubang intip dan cek siapa itu sebelum kau membukakan pintu. Ayah sudah bawa kunci cadangan sehingga kau tak perlu membukakan pintu untuk ayah nantinya”.

Heather menganggukkan kepalanya. Ayah memberikan kecupan di pipinya dan keluar rumah dengan terburu-buru.

Setelah ayahnya pergi, Heather mulai merasa sedikit tegang dan gugup. Dia benar-benar merasa sendirian.

Dia sempat terpikir untuk menonton TV, tapi tidak ada acara lain melainkan acara-acara yang membosankan. Lalu, dia mengambil ponselnya dan menelpon temannya yang tinggal di dekat rumah lamanya dulu. Berbicara dengan seseorang yang dikenalnya membuat Heather merasa lebih baik. Dia menenangkan diri dan mereka mulai mengobrol tentang sekolah baru Heather.

Setelah sekitar 30 menit bercakap-cakap di telepon, temannya mengatakan bahwa dia harus pergi. Heather menjadi lebih santai dan bahagia. Dia membuat makan malam sendiri. Kemudian membaca buku-buku humor yang santai, mandi, menghidupkan komputernya dan membuka internet.

Jam dinding hampir menunjukkan pukul 8 malam ketika Heather tiba-tiba mendengar ketukan di pintu depan. Dia mengira itu adalah ayahnya, dia pun melompat dari sofa dan berlari untuk membukakan pintu. Dia siap untuk memberikan pelukan hangat dan mengucapkan selamat datang untuk ayahny, tapi ketika dia sampai di depan pintu, dia ingat peringatan ayahnya. Dia mengintip di lubang intip, dan dia melihat ayahnya. Heather ingin membuka pintu, tapi kemudian dia ragu. Mengapa ayahnya pulang begitu cepat? Sedangkan ayahnya tadi mengatakan akan kembali paling lambat jam 10 atau jam 11. 

Dia pun mengintip sekali lagi dan seketika ia merinding. Ayahnya terlihat aneh, dia tersenyum dengan janggal. Berbeda sekali dengan senyum ayahnya. Dia tersenyum sangat lebar, seperti bukan manusia.

“Uhmm, apakah itu kau, ayah?”, Tanyanya.

Pria diluar sana memang terlihat seperti ayahnya, tapi dia merasa ada sesuatu yang aneh.

“Ya, Heather, ini aku”, Jawabnya.

Heather masih merasa ragu. “Baiklah, uhmm... Jika itu kau, bukannya kau bisa membukanya dengan kunci cadangan??”, Dia mengetesnya.

Masih mengintip melalui lubang intip, Heather melihat kalau sekarang ayahnya tak lagi tersenyum.

“Kuncinya hilang, sepertinya tadi terjatuh dalam perjalanan”, Ayahnya menggeram. “Bisakah kau buka saja pintu sialan ini?”.

Heather sekarang tahu kalau memang ada sesuatu yang salah. Ayahnya tidak pernah berkata kasar seperti itu sebelumnya. Dengan gemetaran, dia mengambil ponsel di kantongnya dan mengirim SMS kepada ayahnya, untuk memastikan.

“HEY AYAH, APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN?”, dia mengetik SMS, lalu mengirimnya ke nomor ayahnya. 

Heather menggenggam erat ponsel ditangannya, ketika pria itu memukul-mukul pintu dengan kerasnya. Beberapa kemudian, ponselnya bergetar, itu adalah SMS dari ayahnya. Heather pun melihat SMS nya.

Isinya: “BELUM DAPAT DIHUBUNGI. MASIH DALAM PERTEMUAN DI KANTOR”.

Heather mulai ketakutan sekarang. Otot-ototnya menegang. Jika ayahnya sekarang masih di pertemuan, lalu siapa yang di depan pintu itu? Dia melihat melalui lubang pintu sekali lagi. Sekarang, orang yang menyerupai ayahnya itu, terlihat garang dan marah.

“K.. Kau bukan ayahku!”, Dia berteriak.

“Ini aku!”, jawabnya dengan marah. “Sekarang cepat buka pintu ini, gadis kecil, sebelum aku mendobraknya!”.

Heather sekarang sangat yakin, pria itu bukan ayahnya. Walau secara fisik dia memang sangat terlihat seperti ayahnya, tetapi kelakuannya sangat berbeda.

“Siapa kau?!”, Tanya Heather lagi.

“Tidakkah kau lihat?! Aku ini ayahmu, bodoh!”, Pria itu berteriak. “Aku adalah ayah tercintamu. Sekarang cepat buka pintu ini, SEKARANG!”

Heather menjauhi pintu dengan perasaan tidak karuan, yang jelas dia sangat ketakutan. Tiba-tiba terdengar dentuman keras. Seseorang di luar sana sedang berusaha keras mendobrak pintu.

Dalam kepanikan, Heather mengambil sebuah pisau di dapur dan bersembunyi di bawah meja pantry. Dia hanya menunggu dan menunggu, hingga suara tabrakan keras yang diikuti suara pintu kayu yang hancur. Pria itu berhasil merusak pintu depan.

Kemudian, suara yang menakutkan terdengar dari luar pantry, “Ayo kita bermaiiiinn”.

Heather tidak dapat menahan diri. Dia berteriak sekuat tenaga. Kemudian, pintu pantry terhempas karena di buka secara paksa, tangan besar yang bercakar tajam mencengkram rambut Heather dan menyeretnya keluar. Heather menendang-nendang, berusaha memberontak, tapi semua itu percuma.

Malamnya, ketika ayah Heather pulang, dia merasa sangat lelah. Dia hanya ingin segera beristirahat. Disaat sampai di pintu depan, dia menyadari bahwa sesuatu yang mengerikan telah terjadi di rumahnya. Pintu depan telah hancur, sepertinya pintu itu telah ditendang atau di dobrak secara paksa. Puing-puing kayu berserakan di lantai dan di lorong dekat pintu.

Ayahnya segera masuk ke dalam rumah yang sedang dalam keadaan gelap gulita, lalu dia menyalakan lampu. Dia memanggil Heather, tapi tak ada jawaban. Dengan sangat cemas dan mulai khawatir terhadap anaknya. Dia mencari ke kamar mandi, dapur, kamar tidur, tapi Heather tak terlihat di manapun. Ayahnya mulai merasa putus asa dan depresi.

“Heather!”, Ayanya mulai menangis. “Dimana kau, Nak?!”.

Ketika dia mau menelpon polisi, ponselnya bergetar.

Dia mendapat pesan dari nomor putrinya.

Dengan tegang, ayahnya membuka SMS itu.

Isinya adalah: 
“DIA SUDAH DI NERAKA BERSAMA KAMI!”