Terakhir kali aku melihat Palmer Kent adalah saat di pemakaman. Dia sangat mencolok diantara kerumunan para pelayat yang sesenggukan, bukan hanya karena tubuhnya paling tinggi, tapi juga karena dia tampak begitu sumringah seperti habis menang lotere. Dan kemudian dia dipanggil untuk naik ke podium guna mengucapkan beberapa kata.
“Aku tak mengerti kenapa semua orang bersedih,” dia berucap.
Pada titik ini, kesabaran sang istri sudah mencapai puncaknya. Dia pun langsung berteriak memaki maki suaminya itu di depan umum. Selama ini dia sudah berusaha tabah menghadapi Palmer, namun kehilangan ketiga anak mereka sekaligus juga beserta rumah dan seluruh harta bendanya dalam kebakaran, telah meruntuhkan dinding kesabaran wanita ini.
Beberapa tahun belakangan, Palmer seolah lenyap. Namun terdengar desas-desus bahwa dia sering keluar masuk rumah sakit jiwa, akibat terjatuh di trotoar jalan setelah begitu sering mengalami PHK dari pekerjaan demi pekerjaan. Nampaknya bukan hanya istrinya saja melainkan setiap orang juga tak tahan lama-lama berurusan dengan Palmer.
Kemarin saat aku sedang mengemis, aku menjumpainya di pusat kota. Sambil menunduk aku mendekati pria kasar itu, guna menanyai bagaimana kabarnya. Setelah dekat, aku baru menyadari bahwa dia telah kehilangan satu telinga serta setengah kakinya buntung, namun ia masih saja tersenyum sumringah menampakkan barisan gigi-giginya yang busuk tak terawat, dan hal itu tiba-tiba saja mengingatkanku pada sebuah kejadian yang juga terjadi persis di jalanan ini dulu sekali.
Waktu itu Palmer adalah pria berwajah masam. Dia sedang dalam perjalanan ke kantor untuk meeting ketika seorang wanita tua pengemis muncul di hadapannya, meminta sedikit uang kecil, namun Palmer malah meludahi wajah si pengemis tua. Aku ingat sekali bagaimana pengemis tua itu tersenyum penuh arti sebelum berkata pada Palmer,
“Semoga kau akan selalu berbahagia di sepanjang sisa hidupmu.”
Dan kemarin aku melihat sesuatu terpancar dari sorot mata Palmer yang menyiratkan bahwa dia begitu ingin berhenti untuk selalu tampak berbahagia, sayangnya dia tak bisa.