Mendekati liburan musim panas, aku dan teman-temanku menginginkan sesuatu yang berbeda kali ini. Jadi, kami memutuskan untuk membeli sebuah papan Ouija. Tapi, tak ada satu pun toko yang menjualnya dikarenakan cerita mistis dan aura supranatural yang dimiliki papan Ouija.
Beberapa minggu kemudian, akhirnya aku menemukannya dalam situs jual-beli online. Pada awalnya aku merasa heran, karena papan Ouija yang satu ini terasa berbeda dari yang biasa kulihat di internet. Tapi aku memutuskan untuk tetap memesannya, aku sangat tak sabar menunggu kiriman datang.
Beberapa hari kemudian, paket papan Ouija-ku telah sampai. Aku segera membawanya kerumah temanku Kiki, karena kami semua akan menginap dirumahnya malam ini.
Malam pun datang. Kami mematikan semua lampu dan menyalakan sebuah lilin yang menjadi salah satu syarat dalam permainan ini. Syarat lainnya, yaitu menggunakan benda sebagai media “penunjuk” dalam permainan ini. Ya, untuk menunjuk huruf/angka yang akan menjadi jawaban atas pertanyaan kami. Biasanya media tersebut berbentuk koin biasa. Namun, papan Ouija spesialku memiliki penunjuk khusus.
Permainan dimulai.
Kami semua duduk dalam posisi melingkar dengan papan Ouija ditengahnya. Kami meletakkan telunjuk secara bersamaan pada sebuah benda kecil berbentuk pentagram. Kau harus memastikan agar keadaan tetap sunyi senyap. Dan terakhir, ada sebuah mantra yang dipercaya untuk menyempurnakan syarat dalam permainan ini. Tapi, tidak akan kutuliskan mantra itu karena terlalu berbahaya.
Diawali dengan pertanyaan sederhana seperti masalah percintaan dan hal tak penting lainnya. Perlahan, tangan kami digerakkan oleh “sesuatu” yang membawa kami menuju huruf-huruf di papan Ouija ini. Aku sungguh terkesan sekaligus takut. Lama kelamaan, aku merasa aneh. Perasaanku menjadi tak karuan sehingga aku mengusulkan untuk menyudahi permainan ini dan memilih menonton televisi.
Semuanya setuju, terkecuali Kiki. Dia bertanya sesuatu yang seharusnya tak kau tanyakan.
“Apa disini benar-benar ada setan?. Tunjukkan dirimu!.” kata Kiki.
Aku dan yang lain terkejut dan sontak terbangun dari posisi kami. Namun, tangan Kiki yang masih berada di atas papan Ouija tidak menunjukkan pergerakan yang signifikan.
“Kalian lihat? Tidak ada sesuatu yang aneh disini.” kata Kiki.
Tak lama, telepon yang berada di lantai bawah pun berdering. Kiki segera pergi menuruni tangga untuk menjawabnya. Beberapa saat kemudian, terdengar suara Kiki
“Hei, ayahku akan segera pulang dan membawakan pizza untuk kita semua.” teriak Kiki dari bawah yang disambut sorak sorai dari kami.
Setelah terdengar suara telepon yang ditutup, kami mendengar langkah kakinya sebelum semua menjadi hening. Kami merasa aneh. Kucoba memanggil namanya
“Kiki..?” namun tak ada jawaban.
“Ayolah, ini sangat tidak lucu. Segera jawab jika kau ada dibawah sana.” teriakku. Namun sama saja, tak ada jawaban apapun. Hening sekali. Kami saling berpandangan dan sepakat untuk mengintip kebawah. Disana terlihat pemandangan yang sangat aneh.
Kiki sedang membungkuk, semakin membungkuk sambil menggeliat-geliat. Kami menyadari ada sesuatu yang tidak beres dan bergegas menuju lantai bawah. Kami berlarian menuju tangga. Sebelum mencapai tangga terakhir, tiba-tiba kami mendengar suara seperti amukan hewan yang meraung-raung dari lantai atas. Dari suaranya, terdengar semakin jelas dan seolah sedang menghampiri kami. Suaranya sungguh nyaring dan nyata! Suara itu sungguh mengerikan. Spontan kami segera berlari dan bersembunyi dibelakang sofa.
Jantungku berdegup sangat kencang, aku tak tahu ada apa diatas sana. Suara-suara itu, aku tak pernah mendengar sebelumnya. Lebih ganas dari amukan hewan yang sedang kelaparan.
Aku melihat ke arah Kiki. Namun, Kiki tak bergeming dari posisinya. Aku berlari dan berusaha menarik tangannya. Seketika itu dia berdiri tegak dan menatapku dengan matanya yang kini berwarna hitam pekat. Tak ada sedikitpun warna putih pada bola matanya.
Saat itu pula aku membeku. Tak dapat bergerak atau berbicara. Ada apa ini?. Aku berusaha menggerakan kaki dan seluruh badanku. Tapi nihil. Tak ada pergerakan sedikitpun dan kau tahu? Sesuatu yang berada didepanku sungguh mengerikan. Maksudku, itu adalah tubuh Kiki, namun wajahnya telah berubah dan aku tahu kalau itu bukan Kiki!.
Tak ada yang bisa kulakukan selain pasrah. Menangis pun tak bisa, tubuh ini telah berada diluar kendaliku. Aku berfikir tentang keluargaku dirumah. Aku takut kalau ini adalah hari terakhir untukku, karena sesuatu yang mengerikan ada didepan sana. Aku mencoba mengingat semua doa-doa yang kubisa.
Kiki menggerakkan wajahnya yang kini telah berubah menjadi sangat menyeramkan. Wajah itu, dengan mata hitam pekat, bercak darah di wajahnya dan kulitnya yang sangat pucat. Mahluk itu menggerakan wajahnya ke kiri dan ke kanan dengan rambut panjang yang berantakan. Dari bibirnya terlihat pergerakan, seperti mengucapkan sesuatu tapi aku tidak mengerti apa yang dia ucapkan. Ia terus menggerakan bibirnya dengan cepat sampai akhirnya dia berhenti.
Mahluk didepanku tiba-tiba tertunduk sehingga rambut kusut itu menutupi wajah pucatnya. Aku memperhatikan dengan seksama. Berharap semua ini segera berakhir dan semoga aku bisa kembali melihat Kiki yang asli.
Aku masih memperhatikannya, saat tiba-tiba ia kembali mengangkat wajahnya dan menyeringai ke arahku. Aku dapat melihat susunan gigi yang runcing itu. Lalu ia tertawa dengan keras.
“HAHAHAHAHAHAHA” tawanya menggema di seisi rumah ini.
Ia berjalan mendekat dengan langkah yang kaku, perlahan tapi pasti. Semakin dekat hingga ia berdiri tepat didepanku. Kemudian, ia mendekatkan wajah mengerikan itu yang kini hanya berjarak beberapa cm dari wajahku.
Oh Tuhan!. Aku sangat ingin berlari menjauhinya. Atau paling tidak, hanya menutup mata untuk menghindari kontak langsung dengan mahluk itu. Tapi apa daya, semua diluar kuasaku. Ia kembali menyeringai, menampakkan gigi-gigi runcing itu. Menggerakan wajahnya ke kiri dan ke kanan. Sangat mengerikan.
Tak lama setelah itu, secara tiba-tiba Kiki tersadar dan aku pun dapat kembali normal menggerakan badanku. Keadaan kembali sepi. Aku segera meraih Kiki sebelum ia amburk ke lantai. Ia terlihat sangat lemas. Aku lebih mencemaskan kondisinya walaupun kondisiku sendiri juga belum sepenuhnya normal. Bayangkan saja, apa yang akan kau lakukan jika berada dalam posisiku saat tadi?.
Kiki mulai tersadar sepenuhnya dan menceritakan bahwa ada sesuatu yang besar, berlari menuju tubuhnya. Ia masih dapat melihat dan mendengar, namun tidak dapat bergerak ataupun berbicara saat itu. Seperti ada yang mengontrol pergerakannya.
Kami semua bersembunyi dibelakang sofa panjang. Aku mengawasi keadaan, melihat sekeliling kalau-kalau ada hal aneh yang terjadi. Setelah memastikan bahwa keadaan sudah aman, aku segera meraih telepon dan menekan tombol 911.
Namun, suara aneh kembali muncul dari lantai atas.
Astaga, suara apalagi itu!. Suaranya seperti seseorang yang berjalan di lantai marmer dengan menggunakan hak tinggi.
“ tok.......tak........tok.......tak”
Seharusnya, tak ada siapapun di lantai atas sana. Oh Tuhan!. Suara itu bertambah cepat dan lebih cepat.
“tok..tak..tok..tak..tok..tak..tok..tak”
Nyaring menggema, semakin mendekat!. Apa yang harus kulakukan. Sesaat aku terdiam sebelum menjauhi telepon dan kembali pada posisi semula dibelakang sofa. Kami saling berpegangan dan memejamkan mata.
Aku benar-benar putus asa sebelum mendengar sesuatu dari arah luar. Itu suara mobil yang berhenti didepan rumah. Itu ayah Kiki!.
Tanpa komando, kami segera berhamburan keluar saat itu juga. Kami semua membisu, masih shock dengan kejadian didalam rumah itu. Sesaat kemudian, temanku Jane berusaha menceritakan apa yang kami alami tadi kepada ayah Kiki.
Aku lega bahwa semua ini telah berakhir. Walaupun aku masih berusaha untuk mengatur nafas.
Pintu rumah masih dalam keadaan terbuka. Sesekali, aku melirik kedalam rumah. Tidak ada apa-apa. Semuanya kembali seperti sedia kala dalam kondisi normal.
Aku melirik ke arah lantai atas dan menemukan sesuatu yang takkan pernah kulupakan disana. Sesuatu yang tinggi dan besar, dengan kuku tebal nan runcing di kakinya, tak lupa pula mata besar berwarna hitam pekat yang sedang menatap lurus ke arahku. Kulitnya sangat pucat. Rupanya wajah itu! Wajah yang tadi kulihat saat Kiki kerasukan. Dan hal terakhir yang kuingat, dia memiliki tanduk yang sangat besar.
Badanku gemetaran, aku hampir pipis ditempatku berdiri sebelum teman-teman menyadarkanku.
Sejak saat itu, aku tak berani lagi memainkan papan Ouija. Aku tidak akan pernah melupakan segala sesuatu yang kulihat dan kudengar pada malam itu. Kini aku tersadar, permainan itu benar-benar berbahaya. Dan kuingatkan pada kalian, jangan pernah berurusan dengan papan Ouija jika tidak ingin menanggung resikonya.