Aku sudah berbaring di ranjang selama beberapa jam. Sekarang sudah pukul 5:30 dini hari dan tidak ada yang dapat kulakukan. Mata orang tuaku hanya menatap ke arahku tapi aku tidak sanggup untuk membalas tatapan mereka. Aku hanya berusaha untuk tidak teriak.
Mata mereka menatap tajam ke arahku dan mulut mereka terbuka menganga. Aku merasa terserang rasa takut yang luar biasa. Aku tidak bisa membuat mereka untuk tidak mengetahui bahwa aku tidak tidur lagi sekarang dan tak seorang pun bisa menyelamatkanku. Aku hanya bisa memikirkan bagaimana menemukan sebuah jalan untuk melarikan diri dari sini, karena jika aku tinggal maka aku akan mati.
Tatapan itu menungguku untuk bangkit dan melihat apa yang akan kulakukan.
Beberapa jam yang lalu, aku terbangun oleh teriakan keras yang berasal dari koridor. Aku bangkit dan pergi ke sana untuk melihat apa yang terjadi. Setelah mengintip keluar dari kamar tidurku, aku melihat bercak darah di karpet. Ketakutan, aku lalu melompat kembali ke ranjangku dan menyelimuti seluruh tubuhku. Aku memaksa diriku untuk bisa tertidur kembali, dan mencoba meyakinkandiri bahwa itu hanyalah sebuah mimpi buruk.
Lalu, aku mendengar pintu kamarku terbuka dan aku mengintip keluar dari selimutku untuk melihatnya. Aku bisa melihat seperti sesuatu tengah menyeret dua bungkusan besar masuk ke dalam kamarku.
Apapun itu, sosok itu bukanlah manusia. Aku bisa menjelaskannya cukup banyak. Sosok itu kurus dan tak berambut. Tidak memiliki sepasang mata. Sosok itu membungkuk dan menunduk serta merangkak masuk dengan berhati-hati agar tidak mengeluarkan suara ke dalam kamar. Aku melihat tajam ke kegelapan dan akhirnya bisa mengetahui apa yang diseretnya. Itu adalah mayat dari kedua orangtuaku.
Sosok itu menaruh mayat ayah di sisi tempat tidur dan mengatur wajahnya menghadap padaku. Lalu dia mendudukkan ibu di kursi dengan posisi menghadap tepat di depanku. Dan pada akhirnya, sosok itu menggosok-gosok tangannya di atas tembok, menggambar sesuatu dengan darah.
Dia melangkah mundur dan aku bisa melihat dia telah menuliskan sebuah pesan di tembok. Beberapa jam yang lalu, keadaan masih sangat gelap untuk dapat membacanya.
Sosok itu terus berdiri di pojok kamarku selama beberapa jam, menunggu untuk menyerang. Mataku kini bisa menyesuaikan dengan kegelapan yang ada dan sekarang sepertinya aku sudah bisa membaca pesan yang ada di tembok tadi. Aku tidak ingin melihatnya. Aku terlalu takut untuk memikirkan tentang hal itu. Tapi aku harus melihatnya sebelum aku mati.Aku lalu mengintip pesan yang ada di tembok tadi.
“Aku tahu kau sudah bangun.”