Aku masih memainkan game Left 4 Dead baruku di PC ketika ku dengar pintu kamar menderit membuka. Segera saja kusingkap headset ku dan menoleh ke arah pintu. “Ibu! Tolong deh, kalo mau masuk ketuk dulu!”
Tak ada jawaban, aku jadi bingung karena ibuku tak disana.
“Ibu!!!” Aku berteriak, namun tetap hening. Dan beberapa saat kemudian ibuku menjawab,
“Ada apa sih? Ibu lagi sibuk masak untuk makan malam di dapur nih!” kudengar dia berseru.
Jadi akupun hanya menggeleng lalu menutup pintu kamar dan kembali memainkan gameku. Beberapa saat kemudian aku mendengar suara lagi tapi kali ini berasal dari dalam lemari. Suara itu masih bisa kudengar meski telingaku tertutup headset. Akupun melepaskannya, bangkit dari kursi lalu menutup pintu lemari... Dan... What the hell is that? Itu hanya angin atau apa? Ku coba menepis rasa takutku, dan langsung saja kembali ke permainan video gameku, namun sebelum aku duduk lagi di kursi depan komputer, sesuatu menarik perhatianku. Aku tak yakin, tapi aku rasa aku melihat seseorang. Yaf... Seseorang... DIDALAM kamarku! Tapi mungkin hanya imajinasiku, karena disini terlalu gelap. Mendadak aku merasa ngeri akan kegelapan di sekitarku, jadi aku nyalakan saja lampu kamar lalu kembali melanjutkan game. Setelah beberapa menit bermain, aku memutuskan untuk beristirahat sejenak, merentangkan tubuhku di kasur. Aku mendesah panjang. Kututup mata sebentar, lalu menghitung sampai 10...
1...
2...
3...
4...
5...
6...
7...
8...
9...
“Makan malam siap!”
Hitunganku terpotong gara gara teriakan ibu dari lantai bawah. Aku tak tahu kenapa, tapi aku merasa sangat pusing. Mungkin karena seharian bermain komputer. Aku, sekali lagi, menutup mata dan mengulang hitunganku.
1...
2...
3...
4...
5...
6...
7...
8...
9...
10...
Ku buka mata dan begitu kagetnya aku ketika kulihat sesosok wanita di langit-langit, bergelayutan dengan tangan dan kakinya bertenhgger di kipas yang bergantung di atas sana. Aku bangun dari ranjang, menggosok mataku, berharap apa yang kulihat hanyalah ilusi. Sekali lagi aku mulai menghitung, kali ini 1 sampai 5 saja.
1...
2...
3...
4...
5...
Jantungku berdebar hebat, hingga bisa kudengar kencang degupnya. Keringat dingin mengaliri dahiku. Perlahan aku membuka mata dan kali ini... Aku benar-benar yakin itu bukanlah ilusi. Aku melihat wanita duduk di depan pintu, tapi dengan membelakangiku. Dia tidak bergerak, meski begitu aku sungguh sangat ketakutan. Aku menutup mataku lagi, menghitung lagi, 1 sampai 3.
1...
2...
3...
Aku membuka mata, dan wanita itu malah lebih dekat, tapi posisinya masih membelakangiku. Dia juga masih tak bergerak. Aku jadi paranoid, langsung saja aku beringsut ke ranjang menutupi seluruh tubuhku pakai selimut, memejamkan mata erat-erat dan berusaha tidur.
Hari selanjutnya, aku bangun dalam terangnya sinar mentari pagi... Aku mendesahlega, karena aku bisa tidur nyenyak. Namun sebuah bisikan parau kembali mendirikan bulu romaku,
“1...2...3...”
Setiap hitungan, terdengar semakin mendekat. Tapi aku tak tahu dari mana asalnya.
“4...5...6...”
Aku membekap telingaku dan memejamkan mata. Sementara hitungan itu terus berlanjut,
“7...8...9...”
Detik demi detik, menit demi menit pun berlalu... Suara hitungan itu berhenti. Perlahan ku lepas bekapan tanganku di telinga, dan ku buka mata. Aku mendesah pelan ketika tak kulihat siapapun di hadapanku.
“10... Di atas langit-langit!”
Sontak aku mendongak ke atas... Disana, bertengger sesosok wanita bergaun hitam compang-camping, penuh luka cakar, memar dan lebam kemerahan di wajahnya... Dan di kedua tangan serta kakinya tergores luka iris berbentuk nomor 1 sampai 10...
Aku terpaku tak dapat bergerak, lalu hal terakhir yang ku tahu, wanita itu melompat ke arahku.